Senin, 08 September 2008

Minggu, 03 Februari 2008

= Pemerintah Siapkan Standardisasi Pengobatan Tradisional

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1064982742,18298,

Pemerintah Siapkan Standardisasi Pengobatan Tradisional


Rabu, 1 Oktober, 2003 oleh: gwaspada
Pemerintah Siapkan Standardisasi Pengobatan Tradisional
Gizi.net - Menteri Kesehatan Achmad Sujudi mengatakan, pemerintah akan mengawasi dan menetapkan standardisasi atas penggunaan obat-obat tradisional untuk pengobatan alternatif. Misalnya tusuk jarum dari Cina, pijat dari India, tusuk jarum dari Korea, ataupun dari Jepang. Menkes Achmad Sujudi mengemukakan hal itu menjawab pertanyaan wartawan seusai mendampingi Wapres Hamzah Haz menerima peserta Kongres ke-7 Ilmu Pengobatan Tradisional Tionghoa se-ASEAN di Istana Wapres Jakarta, Senin (29/9).

Pengawasan dan standardisasi terhadap bentuk obat-obat maupun pengobatan harus dilakukan, agar penggunaannya jangan sampai menimbulkan masalah. Hal itu disebabkan obat-obat tradisional diramu tanpa menggunakan bahan pengawet serta campuran kimia dengan takaran tertentu. Pengawasan dan standardisasi juga menyangkut penggolongan seorang sinshe. "Diharapkan kongres ini membahas serta merumuskan sehingga pemerintah tinggal melaksanakan," katanya.

Pengawasan harus dilakukan, kata Menkes karena penggunaan obat-obat tradisional harus dijaga agar tidak menimbulkan efek samping. Tetapi sejauh ini masih dalam kondisi yang wajar.

Sementara itu, Ketua Kehormatan Ilmu Pengobatan Tradisional Tionghoa se-ASEAN, Petrus Lukita, dalam kesempatan itu mengatakan, lembaganya akan membuka klinik pengobatan tradisional Tionghoa di Jakarta, Desember 2003. "Kita harapkan kehadirannya dapat melaksanakan pengobatan alternatif bagi masyarakat Indonesia di samping pengobatan modern.

Tentu dalam pelaksanaannya bekerja sama dengan pemerintah sebagai pengawas dan pemberi standarisasi pengobatan tradisional Tionghoa. Apalagi Indonesia memiliki tanaman dan alam yang kaya obat tradisional baik dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan sebagainya," ujarnya. (W-8)

Sumber: http://www.suarapembaruan.com/News/2003/09/30/index.html

Sabtu, 26 Januari 2008

= Kebijakan Pengembangan Obat Bahan Alam Indonesia

http://strategic-manage.com/?p=19

Oleh : H. Sampurno

1. Pendahuluan

Indonesia dikenal secara luas sebagai mega center keaneka ragaman hayati (biodiversity) yang terbesar di dunia yang terdiri dari tumbuhan tropis dan biota laut. Di wilayah Indonesia terdapat sekitar 30.000 jenis tumbuhan dan 7.000 di antaranya ditengarai memiiliki khasiat sebagai obat. Sekitar 90% tumbuhan obat di kawasan Asia, tumbuh di Indonesia.

Kekayaan alam berupa tumbuhan obat ini belum dikelola dengan baik, termasuk budi daya, penelitian dan pemanfaatannya. Tumbuhan tertentu yang selama ini telah dieksploatasi tanpa dibarengi dengan budidaya, telah menjadi tumbuhan langka yang diprediksikan pada suatu saat akan mengalami kepunahan.
Sementara itu di negara-negara maju biodiversity prospecting yaitu upaya pencarian sumber daya hayati yang mempunyai potensi untuk masa depan, terus digiatkan termasuk penelitian berbagai tumbuhan sebagai sumber bahan obat. Dewasa ini tercatat 45 macam obat penting d Amerika Serikat berasal dari tumbuhan dan 14 spesies di antaranya berasal dari Indonesia termasuk vinbrastin dan vincristin (obat kanker) yang berasal dari tapak dara. Demikian pula potensi biota laut Indonesia belum dimanfaatkan sebagai sumber bahan obat2.
Dalam upaya pengembangan dan pemanfaatan obat-obat bahan alam Indonesia, diperlukan kebijakan nasional yang komprehensif dengan implementasi yang terpadu secara lintas sektor. Kebijakan pengembangan obat bahan alam tidak dapat dilakukan dengan pendekatan sektoral dan parsial, karena substansinya melibatkan banyak pihak/sektor dengan signifikansi perannya yang saling melengkapi.

2. Penggunaan Obat Herbal di tingkat Global
WHO mengidentifikasi ada empat sistem yang dianut oleh negara-negara di dunia dalam pemanfaatan obat herbal sebagai bagian dari obat tradisional, yaitu (1) integratif; (2) insklusif; (3) toleran dan (4) ekslusif. Sistem integratif dimaksudkan bahwa pengobatan tradisional secara resmi telah diakui dan telah digabungkan secara utuh ke dalam sistem kesehatan masyarakat, mencakup kebijakan nasional, regulasi, penerapan pada semua tingkat pelayanan kesehatan, asuransi kesehatan, pendidikan dan penelitian.
Sistem inklusif yaitu pengobatan tradisional hanya diakui sebagian secara formal dan dimanfaatkan pada bagian-bagian tertentu saja dalam sistem kesehatan masyarakat. Sedangkan sistem toleran adalah bahwa sistem kesehatan masyarakat berdasarkan pada kedokteran modern tetapi praktek pengobatan tradisional tidak dilarang oleh undang-undang 3. Sistem ekslusif dalam realitasnya hampir tidak ada yaitu praktek pengobatan tradisional yang dilarang oleh Undang-Undang.
Penggunaan obat herbal di tingkat global terus meningkat, baik di negara yang sedang berkembang maupun di negara maju. Menurut data dari Sekretariat Convention on Biological Diversity, pasar global obat herbal pada tahun 2000 mencapai US$ 43 milyar. WHO mencatat pada tahun 2000 pasar obat herbal yang tergolong besar adalah sebagai berikut : Cina (US$ ( milyar); Eropa barat (US$6,6 milyar); Amerika Serikat (US$ 3 milyar); Jepang (US$ 2 milyar) dan Kanada (US$1 milyar). Demikian pula pasar Indonesia juga terus meningkat dari tahun ke tahun (tahun 2001 sebesar Rp. 1,3 trilyun dan tahun 2002 naik menjadi Rp. 1,5 trilyun).

1. Bahan Alam Sebagai Sumber Bahan Obat

Bahan alam berupa tumbuhan obat maupun biota laut mempunyai potensi yang besar sebagai sumber bahan obat termasuk obat untuk kanker yang harganya relatif sangat mahal. Berikut adalah contoh dari obat kanker yang tergolong mutakhir yang dikembangkan dari bahan alam:


Badan POM mengembangkan obat bahan alam mencakup 9 tanaman unggulan yaitu; mengkudu, daun salam. daun jambu biji, jati belanda, temu lawak, cabe jawa, sambiloto, kunyit dan jahe merah. Tanaman obat unggulan ini tumbuh hampir diseluruh Indonesia dan telah digunakan secara luas oleh masyarakat. Selain dari itu referensi ilmiah dan penelitian terhadap 9 tanaman obat tersebut relatif cukup memadai sehingga untuk melakukan penelitian lanjutan lebih mudah untuk dilakukan. Penelitian tanaman obat unggulan tersebut dilakukan secara lengkap sampai pada uji klinik. Untuk itu Badan POM menggalang kerja sama dengan berbagai Universitas/Institut dengan anggaran yang relatif cukup besar.

1. Arah Pengembangan Obat Herbal Indonesia

Pengembangan obat herbal Indonesia dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu: (1) jamu; (2) obat herbal terstandar; dan (3) fito farmaka. Jamu sebagai warisan budaya bangsa harus tetap dilestarikan dengan fokus utama pada aspek mutu dan keamanannya (safety). Khasiat jamu sebagai obat tradsional didasarkan pada pengalaman empirik yang telah berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama.
Obat herbal terstandar adalah obat herbal yang simplisianya telah dilakukan standarisasi dan telah dilakukan uji pra klinik. Sedangkan fito farmaka adalah obat herbal yang telah dilakukan uji klinik secara lengkap. Dengan adanya arah pengembangan yang jelas maka ke depan obat herbal Indonesia akan dapat berperan makin penting dalam menjaga kesehatan masyarakat luas. Prioritas pengembangan obat herbal Indonesia terutama adalah untuk: penyakit degeneratif, immunomodulator dan untuk pemeliharaan kesehatan.
Dengan uji klinis yang lengkap dan mengikuti prinsip-prinsip uji klinik yang baik, maka ke depan obat herbal Indonesia akan dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan formal. Penelitian terutama uji klinik ini mempunyai makna yang sangat strategis bagi obat herbal Indonesia dalam konteks perluasan penggunaan dan pemanfaatannya. Obat herbal Indonesia akan sulit untuk digunakan oleh para dokter kalau tidak didukung oleh penelitian ilmiah dan evidence base yang secara rasional dapat dibuktikan kebenarannya.

komprehensif dengan visi yang jelas dan melibatkan peran aktif lintas sektor serta masyarakat luas. Kejelasan visi ini sangat penting karena visi merupakan acuan fundamental dalam pengembangan dan pemenfaatan obat herbal Indonesia. Visi Obat Herbal Indonesia dirumuskan sebagai berikut:

Obat herbal Indonesia dimanfaatkan secara optimal terutama untuk peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, baik melalui pengobatan sendiri maupun pelayanan kesehatan formal.

Mengacu pada visi tersebut, kebijakan obat herbal Indonesia ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berkut::



1) Budi Daya Tanaman Obat (Agro Medicine)
Budi daya tanaman obat Indonesia perla mendapat perhatian dan prioritas selain bertujuan untuk menjaga kelestariannya juga untuk meningkatkan kualitas simplista. Hal ini penting untuk digarisbawahi karena eksplorasi tumbuhan obat yang dilakukan secara terus menerus tanpa diimbangi budi daya yang baik, akan menimbulkan kepunahan. Dengan budi daya yang baik mulai dari pembibitan, penanaman sampai pemanen akan dapat dihasilkan simplista dengan kualitas yang baik dan dapat distandarisir. Budi daya ini menjadi domain sektor pertanian yang melibatkan para petani. Untuk itu langkah awal perlu dibuat pemetaan untuk tanaman obat unggulan – di wilayah/daerah mana tanaman obat tersebut tumbuh dan menghasilkan kandungan bahan aktif yang paling baik.

2) Standarisasi
Standarisasi obat herbal terutama simplisia dan sedían ekstrak mempunyai arti yang penting untuk menjaga mutu obat herbal. Batasan mengenai kadar air, jasad renik dan lain lain sangat penting untuk menjamin keamanan penggunaan obat bahan alam sekaligus sebagai acuan dalam memproduksi obat herbal. Ke depan perla dikembangkan standarisasi dengan metoda “ finger print” yakni mengukur zat aktif tertentu untuk suatu tanaman obat .

3) Penguatan Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan obat herbal perlu terus ditingkatkan dengan memperkuat jalinan kerjasama antara industri dan lembaga riset pendidikan tinggi di Indonesia yang didukung oleh Pemerintah termasuk dalam pendanaan. Aliansi penelitian dan pengembangan antara industri obat herbal dan universitas ini dapat dikembangkan untuk saling menguntungkan. Di satu pihak industri akan dapat memproduksi dan memasarkan produk-produk unggulan hasil riset universitas, dilain pihak universitas memperoleh dana untuk melakukan riset unggulan yang bermanfaat bagi masyarakat luas sekaligus mendatangkan nilai tambah ekonomi yang cukup besar.

4) Pembinaan Industri Obat Herbal
Jumlah perusahaan yang memproduksi obat herbal/obat tradisional di Indonesia hampir mencapai 1000 perusahaan . Sebagian besar (lebih dari 80%) adalah perusahaan kecil (home industry) dengan aset yang sangat terbatas. Format industri seperti ini tentu memerlukan pembinaan agar usaha mereka dapat berkembang dan survive sekaligus dapat menjamin bahwa produknya bermanfaat dan aman untuk digunakan oleh masyarakat luas. Dalam konteks ini pembinaan yang berkaitan dengan cara-cara produksi yang baik, sangat penting untuk dilakukan secara terus menerus.

5) Jaminan mutu dan keamanan (safety) Obat Herbal
Upaya untuk menjamin mutu dan keamanan obat herbal harus dilakukan Sejak awal proses mulai dari pemilihan dan penggunaan simplisia, seluruh proses produksi sampai produk-produk tersebut beredar di masyarakat. Produsen obat herbal mempunyai tanggung jawab yang besar atas mutu dan keamanan semua produk yang dipasarkan kepada masyarakat. Untuk itu mereka harus mempunyai sistem internal yang dapat memantau dan mengawasi mutu produknya sejak awal proses sampai produk tersebut ada di peredaran. Pada saat yang sama Pemerintah melakukan pengawasan secara sistematik mulai dari proses produksi, evaluasi mutu, keamanan dan khasiat pada sistem registrasi sampai pada pengambilan sampel produk di peredaran untuk dilakukan pengujian laboratorium. Dalam konteks untuk jaminan mutu ini telah ditetapkan logo untuk masing-masing kategori obat herbal:


Pertumbuhan pasar obat herbal Indonesia relatif cukup tinggi antara 15 sampai 20% tiap tahun. Segmen market obat herbal tidak hanya masyarakat yang berpenghasilan rendah tetapi juga kelompok masyarakat menengah ke atas. Positioning obat herbal ini perlu terus diperkuat terutama dengan memperkuat quality image obat herbal dengan dukungan riset ilmiah deng kredibelitas yang tinggi. Demikian pula pasar ekspor terutama di negara-negara ASEAN perlu diperkuat dengan membangun jeringan marketing regional di ASEAN.

7) Perintisan Penggunaan Obat Herbal Pada Pelayanan Kesehatan Formal
Obat herbal yang terbukti secara ilmiah berkhasiat dan memiliki mutu yang tinggi dan aman, perlu diupayakan untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan formal. Penggunaan obat herbal pada pelayanan kesehatan formal memerlukan dukungan dan kesadaran dari health provider yang selama ini kurang menaruh perhatian terhadap obat-obat herbal.
5. Penutup
Obat herbal Indonesia perlu dikembangkan dengan kebijakan nasional yang komprehensif dengan melibatkan kerjasama lintas sektor serta masyarakat luas. Kebijakan tersebut meliputi budi daya tanaman obat, standarisasi, penelitian dan pengembangan, pembinaan industrio bat herbal, jaminan mutu dan keamanan (safety), pengembangan pasar domestik dan ekspor serta perintisan penggunaan obat herbal pada pelayanan kesehatan formal.
Aliansi dan kerjasama antara industri obat herbal dan lembaga riset universitas penting untuk ditingkatkan dengan mutual benefit bagi kedua belah pihak. Dalam hal ini pemerintah harus mampu bertindak sebagai fasilitator dan mediator bagi kerja sama yang dinamis antara industri dan lembaga riset universitas.


Jakarta Maret 2003
Kepustakaan:

1. Baumann, B., F.Bohnenstengel, D. Siegmund, H. Wajant, C. Weber, I Hwerr, K-M. Debatin, P Proksch dan T.Wirth. (2002). Rocaglamide Derivatives Are Potent Inhibitors of NF-kB Activation in T-cells, Journal Biology Chemical. Vol 277, Issue 47, 44791-44800, November 22, 2002
2. F.I. Bonensstengel, K.G. Steube, C.Meyer, B.W.Nugroho, P.D. Hung, L.C. Kiet dan P Proksch (1998). Structure activity relationship of antiproliferative rocaglamide derivatives from Aglaia sp (Meliaceae). Journal of Bioscience 54C:55-60. 1998.
3. F.I. Bohnenstengel, K.G. Steube, C. Meyer, H. Quentmeier, B.W. Nugroho dan P Prokch. 1 H –Cyclopenta (b) benzofuran Lignans from Aglaia Species Inhibit Cell Proliferation and Alter Cell Cycle Distribution in Human Monocytic Leukemia Cell Lines. Journal of Bioscience 54C: 1075-1083. 1999.
4. Institute of Science in Society. Global Strategy for Traditional Medicines. ISIS Report, 1 August 2002.

1 Disampaikan pada Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXIII, Universitas Pancasila, 25 Maret 2003

2 Amerika Serikat setiap tahun menghasilkan sekitar US$ 40 milyar yang diperoleh dari hasil olahan biota laut.

3 Indonesia dalam kategori system toleran karena tidak ada Undang-Undang di Indonesia yang melarang pengobatan tradisional

= Konsep pengobatan tradisional Jawa

http://jurnal-humaniora.ugm.ac.id/download/080920060828-bani.pdf

Konsep pengobatan tradisional Jawa

= PENGOBATAN ALTERNATIF

http://www.blogger.com/feeds/807122224281264419/posts/default

Berkhasiat tapi siapa yang suka menelan empedu kambing yang besarnya hampir segenggam? Orang pasti jijik memelannya, belum lagi bau amisnya yang menyengat. Tapi bagi yang suka dan sudah merasakan khasiatnya, empedu kambing menjadi menu utama menjaga kesehatan termasuk menjaga vitalitas laki-laki. ‘’Saya sudah lama konsumsi empedu kambing dan merasakan khasiatnya bagi kesehatan terutama untuk ketahanan tubuh dan vitalitas,’’ kata Madani (32), seorang security di sebuah perusahaan swasta di Jakarta.
Bahkan katanya, mengkonsumsi empedu kambing bisa menyembuhkan penyakit malaria.Tak hanya memang, empedu kambing dipercaya mampu menyembuhkan penyakit malaria. Biasanya penderita malaria sering kali demam. Beberapa buku pengobatan Cina memang terdapat empedu untuk mengobati malaria seperti empedu ular. Tetapi ternyata empedu kambing juga memiliki khasiat yang sama dengan ular. Karena empedu kambing, mudah di dapat dan harganya tidak mahal, orang banyak mempergunakan empedu kambing untuk penyakit tersebut. ‘’Empedu itu pahit, melebihi pahitnya daun pepaya atau jamu pahit Jawa yang disebut ‘broto wali' yang sangat pahitnya, sehingga bisa melancarkan peredaran darah. Dan empedu kambing ini juga sangat baik untuk penderita diabetes,’’ kata Madani.
Cara menelan, kata Madani, pilih empedu yang kecil, supaya gampang menelannya. Kemudian dibersihkan dan rendam di air yang panas agar mati kuman-kumannya dan telan. ’’Jangan lupa meminum aiagak panas agar kerongkongan agak memuai. Ingat jangan sampai bocor, karena sangat pahit,’’ pesannya.
Kebiasaan menelan empedu kambing bagi Madani sudah sejak lama. Bahkan empedu kambing oleh orang tua dulu sebagai obat dari semua penyakit karena rasanya yang sangat pahit. ‘’Menelan empedu kambing untuk vitalitas memang sudah lama digunakan oleh orang tua dulu dan hingga kini masih dipergunakan. Tetapi karena banyak obat baik kimia dan herbal yang beredar, mengkonsumsi empedu kambing menjadi berkurang,’’katanya.
Namun dalam menyambut hari Raya Qurban, banyak masyarakat yang menelan empedu kambing tersebut. Biasanya, masyarakat sudah banyak yang memesan empedu untuk dikonsumsi pada saat penyembelihan hewan qurban. Bisanya empedu kambing, empedu ular merupakan salah satu bahan membuat jamu karena rasanya yang pahit dan berkhasiat obat.

Kamis, 24 Januari 2008

= Expat Living in Yogyakarta

http://www.expat.or.id/info/yogyakarta.html

= Globinmed

http://www.globinmed.com/IMRContent/tcm.aspx?contentid=CTN00670

Selasa, 22 Januari 2008

= Asosiasi Pengobat Tradisional

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0310/25/nas04.h

Jakarta, Sinar Harapan
Departemen Kesehatan memutuskan untuk menjadikan Asosiasi Pengobat Trasional berdasarkan pada Undang-Undang No. 23 tahun 1992 pasal 47 tentang pengobatan tradisional dan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 1076/Menkes/SK/VII/2003 tentang penyelenggaraan obat tradisional.
”Sehingga semua keluhan masyarakat tentang penyimpangan pengobatan tradisional akan dibicarakan oleh asosiasi ini dan diputuskan kebenarannya serta sanksi yang akan dijatuhkan. Ini merupakan fungsi pembinaan Departemen Kesehatan terhadap pengobatan tradisional,”demikian Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan, Azrul Azwar dalam konferensi pers di Departemen Kesehatan, Jumat (24/10).
Ia melanjutkan, menurut sensus 1995 tercatat sekitar 35,5 persen penduduk Indonesia memanfaatkan pengobatan tradisional. Saat ini ada 208.000 pengobat tradisional yang sudah dianjurkan untuk mendaftarkan diri, namun hanya lima persen yang mendaftarkan dirinya. Kebanyakan shinsei dan akupuntur.
Pengobatan tradisional Indonesia dibedakan atas empat kategori keahlian, yaitu menggunakan ketrampilan, menggunakan ramuan obat tradisional, menggunakan pendekatan ajaran agama, menggunakan pendekatan supranatural.
Yang menggunakan ketrampilan seperti pijat urut. Pengobat tradisional ramuan terdiri dari ramuan Indonesia, gurah, dll. Pengobatan pendekatan ajaran agama, tenaga dalam (prana), Satria Nusantara, Kalimasada, dsb. (web)

>> Email Gmail - Pengobatan Tradisional

pengobatantradisional@gmail.com

>> Wordpress - Pengobatan Tradisional

http://pengobatantradisional.wordpress.com/

>> Multiply - Pengobatan Tradisional

http://pengobatantradisi.multiply.com/

>> Maling Lists - Forum Diskusi - Pengobatan Tradisional

http://health.groups.yahoo.com/group/pengobatantradisional/

>> Email Yahoo 1 - Pengobatan Tradisional

pengobatantradisional@yahoo.com

>> Blogspot - Pengobatan Tradisional

http://pengobatantradisional.blogspot.com/